Nikmat Hujan Hari Ini

Sunday, December 31, 2006
Alhamdulillah, kalimat asma Allah yang keluar di pagi ini. Hari ini hujan deras turun pertama kali di bumi Merak, setelah sekian lama penantian dengan sekian lama pengharapan tuk merasakan butiran–butiran air kasih sayang yang turun dari atas langit.

Mendung, kilat, dan guntur menyerta, seperti ingin menumpahkan seluruh rasa, rindu, dan kangennya yang ingin menyetuh bumi sebagai kekasihnya. Subhanallah, puji dan puja hanya kepadaMu atas limpahan segala karunia, segala rahmat, dan atas segala limpahan rizki serta kasih sayangMu kepada kami.

Berpeluh keringat setiap hari yang kurasakan seakan sirna, taman di depan rumah pun terkena dampaknya, semua bunga dan tanaman seakan bernyanyi, menari tertiup angin melambaikan tangkainya menyambut sang hujan. Dan semuanya pun bertasbih atas nikmat hari ini.

Butiran–butiran itu segera menyapa keringnya tanah dan bebatuan, menyapa kering pepohonan serta bersilaturahmi dengan sawah–sawah yang memang ingin sekali mengajaknya singgah lebih lama. Memberikan kesuburan, memberikan keuntungan kepada para petani yang gerah dan gelisah menunggu tuk segera kembali mengayuh cangkulnya.

Alhamdulillah..., Alhamdulillah..., Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah atas nikmat Hujanmu hari ini.
 
posted by Desi at 6:29 PM, | 0 comments

Memilih

KotaSantri.com : Hidup manusia selalu dihadapkan pada berbagai pilihan. Ketika muda, kita diharuskan memilih sekolah. Setelah selesai, kita wajib memilih pekerjaan. Lalu memilih tempat tinggal, memilih pasangan hidup, bahkan juga memilih partai politik untuk menyalurkan aspirasi kita. Kadang kita bingung, apa pegangan atau parameter kita dalam memilih ini.

Rasulullah mengajarkan do'a yang bisa ditarik hikmah yang dalam. Do'a itu sering dibaca orang seusai shalat. Bunyinya, "Allahumma inni as'aluka salamatan fid dien, wa 'afiyatan fi jasadi, wa ziyadatan fi 'ilmi, wabarakatan fi rizqi, wa taubatan qablal maut." Do'a ini bisa kita jadikan tips memilih ala Rasulullah.

Yang pertama, salamatan fid din, pilihan itu harus menyelamatkan agama kita. Kita masih bisa mengkaji Islam, masih bisa ibadah, masih bisa menutup aurat, masih bisa menjauhi yang haram, dan menjalankan yang wajib, termasuk untuk berdakwah. Rugi kita memilih sekolah yang keren, tapi nanti merusak aqidah kita. Demikian juga dalam memilih tempat kerja, rumah, atau jodoh.

Kedua, afiyat fi jasadi, pilihan itu harus mampu menjaga kesehatan kita, tidak mengikis tubuh kita sedikit demi sedikit tanpa makna. Apa artinya penghasilan tinggi, tapi badan hancur, sampai nggak bisa ibadah lagi, sehingga kebahagiaan tidak berkelanjutan

Ketiga, ziyadatan fi ilmi, pilihan itu meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kita. Kita bergaul atau bekerja tidak untuk makin bodoh. Jadi, pilih lingkungan kerja atau pergaulan yang meluaskan wawasan maupun ilmu kita, sebagai bekal amal shaleh kita. Karena tiada amal kecuali dengan ilmunya.

Keempat, barakatan fi rizqi, pilihan itu membawa berkah dalam rizki kita. Rizki kita itu tidak cuma yang berujud materi, tapi juga yang non materi, seperti udara yang segar, suasana aman dan tenang, istri yang shalihah, dan seterusnya. Apa artinya pilihan dengan penghasilan besar dan fasilitas mewah, bila lalu jarang ketemu anak istri, sampai akhirnya rumah tangga seperti neraka.

Kelima, taubatan qabla maut, pilihan itu masih memberi ruang kepada kita untuk memperbaiki diri, taubat, atau bahkan bila perlu menarik diri (mundur) secara baik-baik, bila ternyata ada sesuatu yang haram atau membahayakan di dalamnya. Ada bidang 'profesi' yang praktis tidak memberi peluang exit seperti ini, misalnya jadi dealer narkoba.

Nah, semua ini dilandasi dengan pengenalan syari'at yang shahih, serta niat yang ikhlas, insya Allah akan menjadikan kita meraih kebaikan dalam pilihan-pilihan kita. Karena semua ukuran baik-buruk, berkah-tidak, tentu saja tidak oleh ukuran manusia yang picik ini, tapi oleh ukuran-ukuran yang ditetapkan Allah dalam hukum syari'atnya.

Allah berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. 2 : 216).
 
posted by Desi at 6:15 PM, | 0 comments

Menatapi Kemilau Hari Qurban

Malam hari gelombang Allahu Akbar merapat-rapat
Pada titik kejenuhan gelombang itu hilang cepat
Terbayang aku hari Idul Fitri
Bergetar hati merindui lagi

Gelombang itu harusnya meresap-resap
Layak tanah gurun tersiram air di hisap
Mengorbankan cinta maya dunia sandiwara
Merebut cinta pada segala Maha Sutradara

Fajar baru gulung malam sebentar saja
Anak manusia bergembira menggelar Idul Adha
Walau shubuh itu terlewat tanpa ada luka
Bersuka ria berkumpul di tempat terbuka

Gelombang mulai merayap-rayap lenyap
Tercium hamparan daging nan sedap
Tertawa kita binatang di potong-potong
Menghilang rasa iba nyumpet di kolong

Sebatas itu merasa dekat pada Mahakuasa
Lupa kita pada tumpukan kesalahan menguasa
Berharap jasa tidak pasrahi jiwa raga
Pulang jadi lupa ada malaikat menjaga

Binatang di belah-belah
Jadi santapan di rumah
Binatang sudah jalani keinginan pencipta
Anak manusia ingkar dan terus berdusta

Yang enggan memanjai malas juga
Mengikat uang biar ada rasa bangga
Tidak punya rasa syukur pada pemberi nikmat
Bersenang saja sama dunia peduli di laknat

RumahNya cuma ramai di hari raya
Agama di buka-buka kalau mau saja
Berubah-ubah bentuk kita punya Tuhan
Pada waktu, tempat, situasi, dan kesempatan

KotaSantri.com
 
posted by Desi at 2:01 AM, | 0 comments

AWAS! Toleransi Semu

Wednesday, December 27, 2006
Waduh…belum apa-apa judulnya udah serem banget. Seakan-akan ada sesuatu yang berbahaya dengan kosakata AWAS! Yup, emang kita mau ngomongin sesuatu yang berbahaya yang tanpa sadar mengintai akidah kaum Muslimin atas nama toleransi semu. Bahaya yang mengintai setiap bulan Desember dan tahun baru. Yup, bahaya perayaan Natal dan perayaan Tahun Baru.

Suasana natal merebak di sekitar kita. Mal, plaza, hotel, toko, baliho di jalan-jalan protokol, dan umbul-umbul sepanjang jalan terlihat semarak menyambut natal dan tahun baru. Tak ketinggalan televisi dan radio juga saling bersaing program natal dan tahun baru. Acara-acara yang tersuguh khas nuansa natal semisal pohon cemara dan pernik-perniknya, lagu malam kudus atau Holy Night dalam versi Inggris-nya dan juga nggak ketinggalan Jingle Bell. Juga ada Sinterklas dan kado-kado, kereta salju yang ditarik anjing kutub dan anak-anak miskin yang mendapat kegembiraan karena ada hadiah-hadiah yang mereka inginkan.

Tak jarang kaum Muslimin terlena dengan itu semua. Hati-hati dengan adek-adek kamu yang masih kecil. Mereka mudah sekali silau dengan gemerlap natal dan banyak kado menyertai. Tapi, yang silau sama natal bukan cuma anak-anak kecil. Orang-orang tua bahkan ulama banyak juga yang bukan hanya silau, tapi malah ikut-ikutan larut di dalamnya.

Karena terbiasanya mereka disuguhi pemandangan natal dan tahun baru Masehi, akhirnya merasa seakan-akan perayaan itu adalah bagian dari kehidupan bermasyarakat. Belum lagi para bapak dan ibu yang duduk sebagai pejabat dan mengaku-aku dirinya ulama mencontohkan diri dengan ikut menghadiri perayaan natal dan tahun baru itu. Akhirnya kaum Muslimin dibuat bingung mana yang hak dan batil karena semua sudah dicampur aduk.

Natal dan tahun baru bukan budaya kita
Natal dan tahun baru jelas-jelas budaya dan milik kaum Nasrani. Natal diperingati sebagai kelahiran Yesus yang mereka pertuhankan. Meskipun kita kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, tapi tak dibenarkan untuk mengakuinya sebagai Tuhan. Bukan sekadar tak dibenarkan tapi juga haram alias mutlak tidak bolehnya. Lagi pula kelahiran Nabi Isa sendiri juga bukan di bulan Desember. Lha wong aliran sekte Kristen yang lain aja ada yang merayakan Natal di bulan Januari kok. Herbert W. Arsmtrong (1892-1986), seorang pastur di Worldwide Church of God, Amerika Serikat, menyatakan dalam bukunya, The Plain Truth about Christmas, bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Nah lho?

Abu Deedat Syihabuddin M.H, seorang kristolog dalam wawancaranya dengan majalah Sabili mengatakan, “Isa Almasih bukan lahir tanggal 25 Desember. Di kalangan Kristen sendiri ada perbedaan, ada yang tidak mau merayakan Natal pada 25 Desember seperti Advent dan Yehova. Mereka menganggap Yesus lahir tanggal 1 Oktober. 25 Desember itu, upacara penyembahan Dewa Matahari.”

Most of all, setelah Muhammad datang, cuma ajaran beliau aja yang boleh diikuti. Ajaran nabi-nabi sebelumnya sudah dihapus dengan kedatangan Muhammad Rasulullah saw. sebagai nabi akhir jaman.

Tahun baru juga sama aja. Ini tahun baru Masehi, diperingati untuk mengingat sang Mesiah (asal kata dari Masehi alias Nabi Isa juga) dilahirkan ke bumi. Kita nggak perlu latah ikut-ikutan merayakan meski sekadar mengucapkan selamat tahun baru. Karena bagaimana pun, ucapan tahun baru selalu mengekor dengan ucapan natal. Kita punya kok tahun baru sendiri. Tahun baru Hijriyah. Sebagai momentum peringatan Rasulullah saw. hijrah dari Mekah ke Medinah dan mendirikan Negara Islam di sana.

Selain tahun baru masehi bukan budaya kaum muslimin, lihat juga bagaimana orang-orang itu merayakannya. Hura-hura, pesta, kembang api, dansa, dan banyak acara maksiat lainnya yang digeber semalam suntuk. Jelas banget, semua hal itu sama sekali nggak sesuai dengan budaya kaum Muslimin yang sangat menjaga diri dari segala perbuatan sia-sia dan maksiat. Udah acaranya nggak ada tuntunannya dalam Islam, eh, cara merayakannya juga amat sangat tidak terpuji.

Bagaimana sikap kita?
Jelas dong, sikap kita sebagai kaum Muslimin untuk tidak mengikuti perayaan itu meskipun sekadar mengucapkan natal dan tahun baru. Lha wong kita tidak meyakini kedua perayaan itu kok mau mengucapkan selamat. Bukankah yang selamat itu cuma mereka yang meyakini akidah Islam saja? Jangan khawatir kamu dituduh tidak toleran hanya karena tidak mau mengucapkan selamat natal dan tahun baru. Toh, makna toleran tidak sesempit itu.

Toleran itu cukup dengan mengakui adanya keberagaman di sekitar kita. Kita tak mengganggu keyakinan dan ibadah mereka dan begitu sebaliknya. Mereka juga tidak boleh mengusik akidah dah ibadah kaum Muslimin. Toleran tidak bermakna untuk ikut-ikutan dan mencampuradukkan keyakinan kita dengan keyakinan dan peribadatan agama lain. Bukankah telah dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Kafirun bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku? Ya sudah, cukup ini saja yang jadi patokan kita, oke?

Sering saya diberi ucapan selamat tahun baru oleh teman-teman baik Muslim atau nonmuslim. Kalo ucapan Natal jelas nggak, karena identitas saya sebagai muslimah dengan jilbab dan kerudung sangat jelas terlihat. Saya selalu katakan pada mereka, bahwa saya tidak merayakan tahun baru Masehi. Malam tahun baru toh nggak beda dengan malam-malam sebelum dan sesudahnya. Baru kalo di penghujung malam tahun baru matahari terbit dari barat, itu baru saya takjub dan pantas untuk dirayakan. Teman-teman langsung pada keki karena kalo beneran seperti itu, artinya kiamat dong hehehe…

Tentunya tidak berhenti di situ saja. Harus ada penjelasan secara logis mengapa kita tidak mau merayakan atau sekadar mengucapkan selamat tahun baru. Penjelasan sederhana di atas sudah cukup kamu gunakan sebagai penjelasan bila ada yang nekat ngucapin hal yang sama ke kamu.

Jadi sikap kita jelas dalam hal ini. Tak ada yang namanya nggak enak ati karena ini menyangkut masalah akidah dan keimanan. Nggak main-main urusannya. Meskipun dengan itu kita harus dengan sabar memberi penjelasan dan pengertian bagi mereka yang emang belum ngerti.

Saya punya teman pena dari Finlandia. Kami bersahabat sudah lebih dari sepuluh tahun. Setiap bulan Desember tiba, ia selalu mengirim kartu ucapan merry christmas and happy new year pada saya. Bahasa Finland-nya sih “Hyvä Joulua ja Onnellista Uutta Vuotta!” Padahal sudah berulangkali saya jelaskan padanya kalo saya seorang Muslim dan tidak merayakan natal atau pun tahun baru masehi. Saya jelaskan pula kalo kami punya tahun baru sendiri, Hijriyah. Tapi lucunya, dia selalu heran dan bingung dengan penjelasan saya.

Usut punya usut, ternyata merayakan natal di negeri Barat tidak berkaitan dengan keyakinan seseorang. Teman pena saya ini mengakunya bukan seorang nasrani, karena ia tidak percaya terhadap ketuhanan Yesus. Ia bilang kalo ia tidak percaya dengan tuhan yang ada di gereja. Ia percaya dengan tuhan menurut definisinya sendiri. Hihi, kacau yah?

Jadi, baginya natal adalah sebuah perayaan yang tidak ada nilai religiusnya sama sekali. Tidak ada acara pergi ke gereja. Tidak ada acara membaca doa atau pun hal-hal keagamaan lainnya. Natal cuma momen untuk bisa kumpul bersama keluarga, makan enak, pesta dan mabuk hingga pagi.

Tapi tetap saya jelaskan bahwa meskipun natal di Barat saat ini kehilangan nilai religinya, tapi saya tidak bisa menerima ucapan itu. Bagaimana pun natal tidak bisa dilepaskan dari mana ia berasal dan dalam konteks apa ia diperingati. Memang tidak mudah membuat teman saya ini paham karena perbedaan budaya dan keyakinan yang sangat mencolok di antara kami.

Pertemanan bukan berarti bisa dengan seenaknya mencampurkan akidah dan keimanan. Harus ada batas yang jelas untuk itu. Toh, kami tetap berteman dengan baik meskipun saya tak pernah mengucapkan merry christmas and happy new year padanya. Ia juga tak pernah menuntut saya untuk mengucapkannya. Malah yang sering, dia suka tanya-tanya tentang Islam dan saya dengan senang hati menjelaskannya.

Apa yang bisa diambil dari cerita saya di atas? Jangan pernah ambil kompromi untuk masalah penting dan mendasar. Perayaan dan ucapan natal dan tahun baru memang ringan di lidah, tapi berat di timbangan pada hari penghisaban nantinya. Maksudnya berat dalam hal mengurangi timbangan kebaikan kamu alias jadi tekor. Jadi jangan pernah menganggap enteng hal ini.

Kok, ada ulama ikut natalan?
Mungkin di antara kamu ada yang bertanya-tanya seperti ini. Jangan kuatir, ngaku-ngaku ulama saat ini memang gampang. Tapi dari perbuatannya, kamu kan bisa menilai ulama seperti apakah yang ada pada dirinya.

Merusak Islam sudah bukan jamannya lagi dari luar. Diperangi secara fisik, dibenci oleh kaum kafir, dicemooh dan diludahi seperti jaman nabi. Saat ini ada yang lebih keren tapi berbahaya dalam merusak Islam yaitu dari dalam. Dari pemeluk Islam sendiri dan dari mereka yang mengaku ulama panutan umat. Kalo ulamanya sudah kena, maka umat pun akan mudah diarahkan ke jalan tidak benar. Gampang kan?

Apalagi dengan adanya sebuah jaringan yang teroraganisasi dengan baik untuk menghancurkan Islam dari dalam, yakni JIL alias Jaringan Islam Liberal. Islam kok liberal? Hehe makanya nggak pantas banget kata Islam disandang dan bersanding dengan liberal. Terus, apa hubungannya dengan perayaan natal dan tahun baru?

Merekalah yang gencar mempromosikan ajakan untuk merayakan dan mengucapkan natal dan tahun baru. Alasannya sih slogan pluralisme agama yang sering jadi dalih. Merekalah yang suka memberi cap eksklusif pada kita-kita yang berusaha berjuang dan menerapkan Islam secara kaffah (keseluruhan). Lucu ya.

Musuh-musuh Islam nggak perlu repot-repot untuk menghancurkan Islam karena sudah ada mesin penghancur itu dari dalam. Pihak JIL inilah yang paling getol mengadakan diskusi dan seminar dalam merusak ide dan akidah Islam. Lha wong teman-teman saya yang nasrani aja nggak repot kok meski saya dan teman-teman yang lain nggak mengucapkan selamat natal pada mereka. Dan kami juga tetap berteman sebatas hal-hal yang memang dibolehkan. Bukan mencampuradukkan akidah dan keimanan. Kok, malah pihak yang mengaku dirinya muslim yang ajak-ajak untuk ikut natalan. Aneh!

Makanya, kamu jangan heran lagi kalo ada ulama yang ikut natalan bahkan ajak-ajak umatnya untuk mengikuti perbuatannya. Ingat, setiap individu akan bertanggung jawab terhadap amal perbuatan masing-masing. Nggak ada ceritanya entar di akhirat ketika dihisab dan ditanya kamu akan bikin alasan “Saya kan cuma ikut-ikutan ulama anu.” Ulama anu itu bisa jadi ikut bikin alasan “Salah sendiri, ngapain kamu mau ikut-ikutan saya?” Nah lho, jadi ribet kan urusannya?

Nah lho, masing-masing saling menyalahkan. Kalo kamu paham Islam dengan baik dan benar, kondisi itu nggak akan terjadi. Meskipun ulama, kalo perbuatannya gak benar ya seharusnya dinasehati bukan diamini aja. Bukankah itu sejatinya sikap seorang Muslim? Saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kebaikan.

Kalo ternyata si ulama tetap ngeyel? Kita ingkari aja perbuatannya dalam hati sambil terus melakukan upaya penyadaran terhadap teman-teman dan keluarga kita, supaya mereka nggak ikut-ikutan perbuatan yang nggak bener itu. Kalo kamu punya kemampuan menulis, bisa tuh bikin tulisan sederhana terus kamu tempel di mading sekolah. Atau bisa kamu kirimkan ke surat pembaca di surat kabar kotamu. Jangan cuma diam aja.

Termasuk nih, kalo kamu pandai berbicara di depan banyak orang, jelaskan kepada mereka persoalan ini. Nggak perlu takut dicerca. Oke?
Kalo musuh Islam gencar menyerang dengan dalih toleransi dan pluralisme, maka kita harus lebih giat dan semangat untuk menyadarkan umat akan bahaya ide ini. Kalo mereka punya backing dana banyak, media massa yang jadi corong ide rusak, pejabat korup, ulama syu’ (jahat), kita punya satu hal. Meski satu tapi dahsyat. Apakah itu? Kekuatan Iman. Backing-nya langsung bersandar pada Yang Maha Dahsyat. Pemilik langit dan bumi. Kalo Ia sudah menjadi sumber kekuatan kita, siapa yang bisa mengalahkan?

Tuh kan, keren banget! Allah sebagai backing kita. Allah sebagai sumber kekuatan kita. Hanya satu pertanyaan untuk kamu dan kita semua, maukah kita menjadi pejuang di jalanNya? Itu saja! Semoga kita semua siap. Setuju kan?
 
posted by Desi at 10:55 PM, | 0 comments

Salam Terakhir

Sunday, December 24, 2006
Aku Sadari Kau Harus Pergi

Tinggalkan Diriku Mengejar Semua Cita

Aku Sadari Ku Harus Sendiri

Jalani Hidupku Tanpa Dirimu

Ingin Kubisikkan Kata

Yang Menemani mu Pergi

Salam Terakhir

Semoga Kau Dapat Menggapainya

Pulanglah Untukku Kasih

Ku akan Slalu Menanti

Kehadiranmu Slalu Kunanti

Disisiku
 
posted by Desi at 5:59 PM, | 0 comments

Pelajaran dari Cicak

Thursday, December 07, 2006
Anda tahu cicak? Tentu saja tahu, hampir disetiap rumah ada cicak. Cicak punya keistimewaan bisa berjalan di atap dengan badan terbalik, tetapi bukan itu yang ingin saya lihat pada saat ini, justru yang akan kita lihat adalah "kelemahan" cicak yang tidak bisa terbang, sementara makanan cicak bisa terbang.

Dari sini bisa kita ambil pelajaran, meskipun cicak tidak bisa terbang tetapi mereka masih bisa memakan nyamuk. Itu menunjukan bahwa cicak sudah di atur rezekinya oleh Allah.

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata [QS 11:6]

Begitu juga manusia dan makhluq yang lainnya. Allah telah menetapkan rizkinya masing-masing. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. [QS 14:32]

Rezeki adalah pemberian Allah, bukan dari tempat Anda bekerja sekarang, bukan dari bisnis Anda, bukan dari deposito Anda. Semua itu hanyalah sarana Anda mendapatkan rezeki, karena memang Allah yang memerintahkan kita untuk mencari rezeki tentu saja dengan berbagai sarana.

Yakinlah akan rezeki Allah, jangan yakin dengan rezeki yang sekarang Anda dapatkan ditempat Anda bekerja sekarang ini. Mungkin saja ditempat lain rezeki Anda sudah menunggu. Tidak ada jaminan Anda akan mendapatkan rezeki dari tempat sekarang terus-menerus, karena bukan perusahaan Anda yang meluaskan dan menyempitkan rezeki Anda, tetapi Allah.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba- Nya. [QS 17:30]

Seberapa besarnya gaji Anda, jika Allah telah menetapkan bahwa itu bukan rezeki Anda, maka itu mudah bagi Allah. Mungkin saja rezeki itu menjadi rezeki dokter yang mengobati penyakit Anda. Mungkin saja semua gaji Anda ludes dirampok, dan berbagai kemungkinan lainnya. Bahkan makanan yang tinggal beberapa senti kemulut Anda masih bisa jatuh menjadi rezekinya semut.

Meskipun rezeki sudah di atur oleh Allah, tetapi kita tetap dituntut untuk berusaha sendiri. Cicakpun berusaha, mendekati tempat terang dimana di sana banyak nyamuk.

.....sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan- Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, [QS 8.53]

Wallahu a'lam bishawab
 
posted by Desi at 9:54 PM, | 0 comments

Hidup Adalah Surga

Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.
Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan roh mengalami lima fase, yaitu: arwah, rahim, dunia, barzah, dan akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat. Allah SWT mengingatkan, ''Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.'' (QS: Al-A'laa [87]: 17). Rasulullah saw menggambarkan bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas. Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin. Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah [2]: 197).
Orang bertakwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak mau terjebak pada ''keenakan'' sesaat, tetapi menderita berkepanjangan. Karenanya, ia mengolah hidup yang sesaat ini menjadi berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti. ''Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.'' (QS Al-Ankabuut [29]: 64).
Hidup ini di bawah tatapan dan aturan Allah. Segalanya digulirkan dan digilirkan: hidup, lalu mati; kecil, akhirnya membesar; muda, lama-lama tua; dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua fana. Tetapi, di tengah kefanaan itu, umat Rasulullah yang paling sukses --sebagaimana dijelaskan dalam hadis --adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu mempersiapkan hidup setelah mati.
Akhirnya, orang-orang cerdas akan tahu, sadar, dan yakin bahwa hidup bukan untuk mati, tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Mahahidup. Karenanya, jangan takut mati, jangan cari mati, jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Mengapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya -- perjumpaan terindah antara kekasih dengan Kekasihnya.
Subhanallaah, ternyata hidup ini surga, saudaraku.
 
posted by Desi at 7:30 PM, | 0 comments