Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu…

Thursday, August 28, 2014

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu
yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid
bin Walid..
Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan
Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia:
“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang
mampu melahirkan pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu
melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi
inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk
terus berjuang melawan kezaliman.
“Isy kariman au mut syahiidan! (Hiduplah mulia,
atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah
bin Zubair.
Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari
gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh
mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa
mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya
Ibnu Zubair syahid.
Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-
kata Asma’ abadi hingga kini.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil
menumbuhkan kepercayaan diri dan
mengembangkan potensi anaknya.
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13
tahun.
Ia datang membawa pedang yang panjangnya
melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang
badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu.
Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa
berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah
dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena
kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan
menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia
terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga
kini: Zaid bin Tsabit.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela
menggendong anaknya yang masih balita ke masjid
untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu
membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah,
gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam
Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya.
Seperti Ummu Habibah.
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan
anaknya.
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan
untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan
anaknya:
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam!
Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan
jauh, menuju keridhaanMu.
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu
peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku
bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah
urusannya. Peliharalah keselamatannya,
panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat
sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan
ilmu yang berguna, aamiin!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris,
nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita
mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam
Syafi’i.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk
menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman.
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada
anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan
ia pula yang menyemangati anaknya untuk
mencapai cita-cita itu.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah
menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil
Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu
adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak
bosan-bosannya mengingatkan.
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi
imam masjidil Haram dan ulama dunia yang
disegani.
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di
Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu
terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa
anakmu pasti sukses.
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada
anakmu.
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil
telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu
kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran
sekaligus kepercayaan diri.
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan
buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor.
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di
dunia.
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia
tahun 1999.
 
posted by Desi at 7:55 PM, |

0 Comments: