Meramal Kesehatan Tubuh Dengan Iridologi

Sunday, May 17, 2009
Mata adalah salah satu indera yang paling vital pada manusia. Melalui mata, seseorang dapat mengungkap semua
kejadian yang ada di sekitarnya. Melalui mata pula, seseorang dapat dilihat kondisi fisik, mental dan spiritualnya.
Barangkali, banyak yang masih ingat tindakan dokter bila sedang memeriksa pasien. Cukup membelalakkan mata
pasien untuk mengetahui kesehatan dan penyakitnya. Konon, dalam sebuah perbincangan pun, dapat juga mengetahui
isi hati lawan bicara melalui mata.
Fenomena ini tampaknya sangat dekat dengan suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda pada struktur jaringan iris
mata yang disebut iridologi. Namun, menurut dr. Bertha Herlina, dokter spesialis penyakit dalam klinik Provitalitas, ada
perbedaan antara iridologi dan fenomena itu. "Bukan hanya pengobatan, tapi iridologi lebih pada pencegahan," katanya.

Bertha mengatakan, iris adalah perluasan dari otak. Oleh karena itu, sesuatu yang terekam di dalam otak dapat terlihat
pada serabut iris mata. Rekaman itu sebagai bentuk khas sesuai kondisi organ tubuh. "Tanda pada iris itu, representasi
gambaran detail kondisi badan secara keseluruhan."
Analisa serabut iris mata akan memperlihatkan kondisi tubuh seseorang, apakah yang bersangkutan dalam keadaan
baik atau tidak. Pola, struktur, warna dan tingkat kecerahan di bagian iris mata menggambarkan keadaan bagian tubuh
tertentu dan berhubungan dengan keadaan aktivitasnya, luka, iritasi atau adanya degerasi jaringan dan organ. Dari iris
mata juga dapat diketahui apakah ada akumulasi racun akibat penggunaan NAZA (narkotik dan zat adiktif),
ketidakstabilan nutrisi dan bahan kimia, serta kemajuan pengobatan yang sedang dilakukan
Iridologi tidak bisa menyatakan ada tidaknya penyakit tertentu dalam tubuh, tetapi hanya menyajikan informasi tentang
kondisi jaringan tubuh dan mengindikasikan kecenderungan ke arah adanya gangguan dalam tubuh, meski gejalanya
masih belum terlihat. Dengan demikian, iridologi dapat memberikan rekomendasi upaya preventif menghindari kondisi
yang lebih buruk. Selanjutnya, dapat memberikan arahan untuk upaya kuratis penyehatan dan mengetahui efektifitas
pengobatan yang telah dilakukan.
Yang harus diingat, iridologi tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi parasit atau kuman-kuman di tubuh, tapi
hanya menujukan adanya inflamasi dan kondisi racun yang diakibatkan kehidupan parasit atau kuman. Iridologi juga
tak bisa dijadikan petunjuk hamila tidaknya seorang wanita, karena kehamilan merupakan kondisi normal dalam badan
seorang wanita.
Pada intinya, menurut dr. Bertha, iridologi berguna untuk mengetahui derajat kesehatan tubuh, kekuatan dan
kelemahan tubuh, kelemahan dan kekuatan organ serta jaringan dan sendi. Selain itu dapat diketahui pula
metabolisme dan penyerapan dalam pencernaan, kadar kelelahan fisik, stress, potensi kelupaan, pola tidur, polusi
lingkungan, kekebalan tubuh, kualitas energi syaraf dan tingkat penuaan.
Filosofi iridologi, menekankan pada pengobatan pasien bukan pada penyakitnya. Dengan mengetahui gangguan yang
menyebabkan keluhan atau penyakit seseorang, tidak hanya diobati penyakitnya saja, tetapi dapat dicegah untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih baik.
Orang yang pertama kali merintis cabang ilmu ini adalah Dokter Ignatz Von Peczely yang berasal dari Hungaria. Dia
pertama kali menemukan iridologi pada tahun 1861, yang dianggap sebagai tahun kelahiran iridologi. Hasil penelitian
Bapak Iridologi, ditemukan tanda dan konfigurasi pada iris seseorang mengidentifikasikan adanya penyakit atau
kelainan organ di dalam badan orang tersebut. Perkembangan iridologi kemudian mengalami kemajuan yang sangat
fantastik seiring dengan perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi, mengantarkan ilmu ini mencapai kesempurnaan. Perkembangan teknik kamera digital, salah
satu faktor yang mempercepat kemajuan ilmu iridology. Teknik kamera ini, dapat memeriksa iris lebih sempurna
sehingga menghasilkan suatu standarisasi "atlas iris topografi" yang lebih akurat dan detail, perkembangan ini kemudian
dikenal sebagai iridology digital. (Maya/E. Karel Dewanto)


sumber: www.klinik.net
 
posted by Desi at 7:07 AM, | 0 comments