bagus nih....

Wednesday, March 01, 2006
UNGKAPAN SEDERHANA UNTUK ISTRI TERCINTA

Bila malam sudah beranjak mendekati Subuh, bangunlah
sejenak.
> Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih
menemani bayi Anda.
> Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh
gurat-gurat kepenatan
> karena seharian ini badannya tak menemukan
kesempatan untuk istirahat
> barang sekejap, Kalau saja tak ada air wudhu yang
membasahi wajah itu
> setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya
sudah tak ada lagi.
> Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat
Anda sudah bisa
> merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri
Anda barangkali
> belum benar-benar menemukan kesegarannya. Sementara
anak-anak
> sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya,
membisingkan
> telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya
dengan pipis tak
> habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi
pipis lagi.
> Padahal tangan istri Anda pula yang harus
mencucinya.
> Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan
tentang dia? Masihkah
> Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa
berbicara lembut
> kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri
dongeng sementara di
> saat yang sama Anda menuntut dia untuk nenjadi istri
yang penuh
> perhatian, santun dalam bicara, tulus dalam memilih
kata serta tulus
> dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk
dalam menjalani apa
> yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi
dianggap sebagai kewajibannya.
> Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan
tentang seorang
> perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus
dan lembut? Tentu
> saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan
istri kita membentak
> anak-anak dengan mata membelalak. Tidak, Saya hanya
ingin mengajak
> Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih,
sementara kita tak
> pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia
tidak sabar.
> begitu pula
> manakala matanya yang mengantuk tak kunjung
memperoleh kesempatan
>untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya
akan menanjak.
>Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba
membuat anak kita menjerit karena
cubitannya yang bikin sakit.
> Apa artinya?
> Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh
bermanja-manja secara
kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng.
> Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang
membutuhkan penerimaan.
> Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta
kepada Anda.
> Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada,
butuh telinga yang
mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah
menemukan
muaranya
> berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah
Anda akui
> keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan
siapa-siapa kecuali
> dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan
istri kita yang
> suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun
pernah mengalami
> situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang
membuatnya meledak-
> ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar
melainkan semata
> karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi
Saw. hanya diam
> menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya
memintanya untuk
> mengganti mangkok yang dipecahkan.
> Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita.
> Ketika kita
> menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam
mengasuh, maka
> bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan, Ada
yang lain.
> Ada kehangatan
> yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin,
apalagi beku, dalam
> menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan
yang perlu kita
> tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan
bundanya sebagai tempat
> untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang.
> Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada
perasaan dan pikirannya,
> agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum
kepada anak-anak kita.
> Sepenat apa pun ia.
> Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah
menuntut, tetapi
> mestikah kita menunggu sampai mukanya
berkerut-kerut.
> Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal
tulisan ini. Ketika
> perjalanan waktu telah melewati tengah malam,
pandanglah istri Anda
> yang terbaring letih itu.
> lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita
lakukan sekedar
> Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang?
> Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa
kata. Dan sungguh,
> lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya.
Tubuh yang letih
> itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun
nanti ada secangkir
> minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh
gula dan satu
> cangkir cinta.
> Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka,
"Ada secangkir
> minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan
untuk itu?"
> Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda
lakukan. Mungkin
> sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk
anak-anak, mungkin
> juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah
niat kita. Kalau
> kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan
anak, atau
> menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK,
itu bukan karena
> gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha
Allah. Sebab
> selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa
yang kita lakukan.
> Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat
berjumpa dengan Allah
> di yaumil-kiyamah.
> Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah
Anda. Yang jelas,
> ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima
kasih atau tindakan
> yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga
dengan kerelaan
> kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata
duka yang menetes
> dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita
untuk membuka
> telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari
menelungkupkan wajah
> di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan
semoga pula dengan
> perhatian yang kita berikan
> kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang
kita sebagaimana
> Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang
suaminya, Rasulullah Saw., "Ah,
semua perilakunya menakjubkan bagiku."
> Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang
terbaring letih, sesudah
> engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya,
maka biarkanlah ia
> sejenak untuk meneruskan istirahnya. Hembusan udara
dingin yang
> mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan
sehelai selimut> untuknya.
> Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang
dan cinta yang tak
> lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk
laki-laki yang mulia,
> sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang
mulia.
> Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu.
> Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw.
berpesan tentang
> istri kita. "Wahai manusia, sesungguhnya istri
kalian mempunyai hak
> atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas
mereka.
> Ketahuilah,"kata Rasulullah Saw.
> melanjutkan, 'kalian mengambil wanita itu sebagai
amanah dari Allah,
> dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab
Allah.
> Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian.
Aku wasiatkan atas
> kalian untuk selalu berbuat baik. "
> Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari
Allah. Kelak kita
> harus melaporkan kepadaAllah Taala bagairnana kita
menunaikan amanah
> dari-Nya kah kita mengabaikannya sehingga
gurat-gurat an dengan cepat
> rnenggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang
sebenarnya? Ataukah,
> kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk isti
Saya tidak tahu.
> Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai
suami Saya sudah
> cukup baik jangan-jangan tidak ada sedikit pun
kebaikan di mata
> istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar
memaafkan
> kekurangan saya sebagai suami. indahya, semoga ada
kerelaan untuk
> menerima apa adanya.
 
posted by Desi at 12:21 AM, |

0 Comments: