Berburu Keberkahan
Wednesday, January 24, 2007
KotaSantri.com : Saudaraku...
Kita ingin fase kehidupan yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan secara keuangan, karir, jabatan, keilmuan, dan lain-lain. Kita juga selalu ingin mendapat tambahan waktu, tambahan usia, tambahan semua yang kita sukai, yang sepintas menjadi kunci kebahagian hidup. Tapi sebenarnya, seorang muslim sebaiknya berdo'a dan berharap pada Allah SWT agar memberikannya 'keberkahan' dalam semua urusannya.
Barakah artinya adanya kebaikan yang Allah berikan pada sesuatu. Bukan pada nominal dan materinya. Keberkahan itu, jika ada pada sesuatu yang sedikit, nilainya bisa menjadi banyak. Dan bila ada pada sesuatu yang banyak, nilainya bisa lebih banyak lagi. Buah keberkahan hidup yang paling besar adalah ketika kita menggunakan sesuatu untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.
Saudaraku...
Perhatikan prihidup orang-orang shalih, orang-orang terpilih dari para ulama', para pencari ilmu, hamba-hamba Allah yang taat, kita pasti mendapatkan fakta keberkahan itu dalam hidup mereka. Di antara mereka, ada yang perolehan rizkinya di bawah dari kebutuhan standarnya, tapi Allah memberkahi dalam hartanya. Semua uang yang ia gunakan selalu membawa manfaat. Ada lagi yang lain, Allah SWT memberi barakah pada mereka dengan anak-anak yang bisa membantu mereka. Dari anak itu, lahir pula cucu-cucu yang menyenangkan hati. Ada lagi, seseorang yang waktu hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah dan begitu banyak memberi manfaat kepada orang lain. Sepertinya, orang itu mempunyai waktu satu hari yang lebih panjang dari orang lain.
Perhatikanlah terus saudaraku...
Bagaimana orang-orang selain mereka menapaki hidup ini. Bagaimana orang-orang yang tak mendapatkan berkah dalam hidupnya. Orang yang mempunyai harta berlimpah, tapi ia mengalami letih dan lelah berlebihan sejak pagi, siang hingga malamnya. Ia bahkan harus berjaga malam untuk terus menerus berpikir demi mengejar keinginannya yang tak pernah terpuaskan. Ada pula orang yang diuji memiliki anak-anak, namun tidak bersikap baik kepada orangtua. Anak-anak yang tak kenal berbakti kepada orangtua. Yang selalu memunculkan keburukan. Sampai-sampai, orangtua mereka selalu memendam ungkapan, "Kapan saya bisa lepas dari mereka?"
Saudaraku...
Barakah dalam ilmu lain lagi. Ilmu yang diberkahi lebih terlihat jelas efeknya. Sebagian orang ada yang ilmunya tidak banyak, tapi Allah SWT memberi manfaat kepadanya hingga ia berhasil menjadi seorang guru, juru dakwah, pekerja yang baik, atau lainnya. Sementara, ada juga orang yang ilmunya banyak, tapi nyaris tidak terasa manfaatnya kepada orang sekitarnya. Ia tidak juga mampu membagi ilmunya untuk keberartian hidupnya.
Saudaraku...
Barakah bisa turun kepada apa saja. Kepada harta, anak, waktu, pekerjaan, ilmu, isteri, hasil pekerjaan, dakwah, kendaraan, rumah, anggota tubuh, pikiran, dan lain-lain. Karena itulah, petanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa memperoleh barakah?
Al-Qur'an menyebutkan jelas-jelas korelasi keimanan dan ketakwaan dengan turunnya barakah yang kita inginkan itu. "Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya kami bukakan atas mereka barakah dari langit dan bumi." (QS. Al-'Araf : 96).
Dari ayat inilah, ketika seorang laki-laki datang mengadu kepada seorang shalih dengan mengatakan, "Saat ini harga-harga semakin tinggi dan tidak terjangkau." Lalu dijawab oleh orang shalih tersebut, "Turunkanlah dengan ketakwaan." Ketakwaan menurut para ulama' adalah kita mentaati Allah sesuai petunjuk Allah diiringi harapan pahala dari Allah SWT. Juga meninggalkan pembangkangan kepada Allah sesuai petunjuk Allah dan takut akan hukuman Allah SWT.
Saudaraku...
Syarat turunnya keberkahan yang lain adalah sikap murah hati, dermawan, dan tidak ambisius mengeruk harta kekayaan. Rasulullah SAW mengatakan kepada Hakim bin Hizam RA, "Wahai hakim, harta ini hijau menawan. Barangsiapa yang mengambilnya dengan sekehendak nafsunya, ia tidak akan menjadi berkah." Rasulullah SAW lalu melanjutkan, "Orang yang melakukannya seperti orang yang makan makanan tapi tak pernah kenyang." (HR. Muslim).
Keberkahan bahkan bisa diambil dari sikap tidak membuang-buang dan tidak berlaku mubadzir terhadap kenikmatan yang Allah SWT berikan. Rasulullah SAW mencontohkan, dalam soal makanan, kita hendaknya memakan sampai bersih dan tidak ada yang tertinggal. Selanjutnya Rasulullah SAW mengatakan, "Kalian tidak tahu di bagian mana dalam makanan kalian itu terdapat barakah."
Saudaraku...
Keberkahan itu unik. Karena nilainya tak terukur dengan angka. Simaklah uraian Ibnul Jauzi yang bermakna dalam dan menyentuh tentang dimensi keberkahan, yang ditulis dalam kitab shaidul khatir yang terkenal itu. Katanya, "Tidaklah engkau pernah mendengar bahwa jika engkau tinggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya untukmu dengan sesuatu yang lebih baik? Tidaklah engkau bisa mengambil pelajaran dari orang lain? Tidaklah engkau melihat dan perhatikan betapa banyak orang yang memiliki angan-angan bertumpuk tapi ia belum pernah secuil pun memperoleh angannya itu. Tidaklah engkau melihat betapa banyak alim yang mengumpulkan kitab dan buku-buku, namun ia tidak pernah mengambil manfaat dari tumpukan kitabnya? Berapa banyak orang yang mengambil manfaat dari kitab-kitab padahal ia sendiri hanya memiliki sejumlah kecil kitab? Berapa banyak orang yang hidupnya sangat menyenangkan, padahal ia hanya memiliki uang sejumlah dua dinar? Pada saat yang sama banyak orang yang uangnya bertumpuk-tumpuk tapi hidupnya begitu meresahkan dan berantakan? Tidaklah engkau cukup cerdas untuk menangkap kejadian orang yang meringankan perkara di satu sisi Allah cabut dari banyak sisi yang lain. Tidaklah engkau melihat seseorang memaksa keluarganya mengeluarkan uang berkali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah ia dapatkan dari usahanya yang tidak halal?"
Saudaraku...
Mari mencari dan berburu keberkahan dari Allah SWT...
Kita ingin fase kehidupan yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan secara keuangan, karir, jabatan, keilmuan, dan lain-lain. Kita juga selalu ingin mendapat tambahan waktu, tambahan usia, tambahan semua yang kita sukai, yang sepintas menjadi kunci kebahagian hidup. Tapi sebenarnya, seorang muslim sebaiknya berdo'a dan berharap pada Allah SWT agar memberikannya 'keberkahan' dalam semua urusannya.
Barakah artinya adanya kebaikan yang Allah berikan pada sesuatu. Bukan pada nominal dan materinya. Keberkahan itu, jika ada pada sesuatu yang sedikit, nilainya bisa menjadi banyak. Dan bila ada pada sesuatu yang banyak, nilainya bisa lebih banyak lagi. Buah keberkahan hidup yang paling besar adalah ketika kita menggunakan sesuatu untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.
Saudaraku...
Perhatikan prihidup orang-orang shalih, orang-orang terpilih dari para ulama', para pencari ilmu, hamba-hamba Allah yang taat, kita pasti mendapatkan fakta keberkahan itu dalam hidup mereka. Di antara mereka, ada yang perolehan rizkinya di bawah dari kebutuhan standarnya, tapi Allah memberkahi dalam hartanya. Semua uang yang ia gunakan selalu membawa manfaat. Ada lagi yang lain, Allah SWT memberi barakah pada mereka dengan anak-anak yang bisa membantu mereka. Dari anak itu, lahir pula cucu-cucu yang menyenangkan hati. Ada lagi, seseorang yang waktu hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah dan begitu banyak memberi manfaat kepada orang lain. Sepertinya, orang itu mempunyai waktu satu hari yang lebih panjang dari orang lain.
Perhatikanlah terus saudaraku...
Bagaimana orang-orang selain mereka menapaki hidup ini. Bagaimana orang-orang yang tak mendapatkan berkah dalam hidupnya. Orang yang mempunyai harta berlimpah, tapi ia mengalami letih dan lelah berlebihan sejak pagi, siang hingga malamnya. Ia bahkan harus berjaga malam untuk terus menerus berpikir demi mengejar keinginannya yang tak pernah terpuaskan. Ada pula orang yang diuji memiliki anak-anak, namun tidak bersikap baik kepada orangtua. Anak-anak yang tak kenal berbakti kepada orangtua. Yang selalu memunculkan keburukan. Sampai-sampai, orangtua mereka selalu memendam ungkapan, "Kapan saya bisa lepas dari mereka?"
Saudaraku...
Barakah dalam ilmu lain lagi. Ilmu yang diberkahi lebih terlihat jelas efeknya. Sebagian orang ada yang ilmunya tidak banyak, tapi Allah SWT memberi manfaat kepadanya hingga ia berhasil menjadi seorang guru, juru dakwah, pekerja yang baik, atau lainnya. Sementara, ada juga orang yang ilmunya banyak, tapi nyaris tidak terasa manfaatnya kepada orang sekitarnya. Ia tidak juga mampu membagi ilmunya untuk keberartian hidupnya.
Saudaraku...
Barakah bisa turun kepada apa saja. Kepada harta, anak, waktu, pekerjaan, ilmu, isteri, hasil pekerjaan, dakwah, kendaraan, rumah, anggota tubuh, pikiran, dan lain-lain. Karena itulah, petanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa memperoleh barakah?
Al-Qur'an menyebutkan jelas-jelas korelasi keimanan dan ketakwaan dengan turunnya barakah yang kita inginkan itu. "Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya kami bukakan atas mereka barakah dari langit dan bumi." (QS. Al-'Araf : 96).
Dari ayat inilah, ketika seorang laki-laki datang mengadu kepada seorang shalih dengan mengatakan, "Saat ini harga-harga semakin tinggi dan tidak terjangkau." Lalu dijawab oleh orang shalih tersebut, "Turunkanlah dengan ketakwaan." Ketakwaan menurut para ulama' adalah kita mentaati Allah sesuai petunjuk Allah diiringi harapan pahala dari Allah SWT. Juga meninggalkan pembangkangan kepada Allah sesuai petunjuk Allah dan takut akan hukuman Allah SWT.
Saudaraku...
Syarat turunnya keberkahan yang lain adalah sikap murah hati, dermawan, dan tidak ambisius mengeruk harta kekayaan. Rasulullah SAW mengatakan kepada Hakim bin Hizam RA, "Wahai hakim, harta ini hijau menawan. Barangsiapa yang mengambilnya dengan sekehendak nafsunya, ia tidak akan menjadi berkah." Rasulullah SAW lalu melanjutkan, "Orang yang melakukannya seperti orang yang makan makanan tapi tak pernah kenyang." (HR. Muslim).
Keberkahan bahkan bisa diambil dari sikap tidak membuang-buang dan tidak berlaku mubadzir terhadap kenikmatan yang Allah SWT berikan. Rasulullah SAW mencontohkan, dalam soal makanan, kita hendaknya memakan sampai bersih dan tidak ada yang tertinggal. Selanjutnya Rasulullah SAW mengatakan, "Kalian tidak tahu di bagian mana dalam makanan kalian itu terdapat barakah."
Saudaraku...
Keberkahan itu unik. Karena nilainya tak terukur dengan angka. Simaklah uraian Ibnul Jauzi yang bermakna dalam dan menyentuh tentang dimensi keberkahan, yang ditulis dalam kitab shaidul khatir yang terkenal itu. Katanya, "Tidaklah engkau pernah mendengar bahwa jika engkau tinggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya untukmu dengan sesuatu yang lebih baik? Tidaklah engkau bisa mengambil pelajaran dari orang lain? Tidaklah engkau melihat dan perhatikan betapa banyak orang yang memiliki angan-angan bertumpuk tapi ia belum pernah secuil pun memperoleh angannya itu. Tidaklah engkau melihat betapa banyak alim yang mengumpulkan kitab dan buku-buku, namun ia tidak pernah mengambil manfaat dari tumpukan kitabnya? Berapa banyak orang yang mengambil manfaat dari kitab-kitab padahal ia sendiri hanya memiliki sejumlah kecil kitab? Berapa banyak orang yang hidupnya sangat menyenangkan, padahal ia hanya memiliki uang sejumlah dua dinar? Pada saat yang sama banyak orang yang uangnya bertumpuk-tumpuk tapi hidupnya begitu meresahkan dan berantakan? Tidaklah engkau cukup cerdas untuk menangkap kejadian orang yang meringankan perkara di satu sisi Allah cabut dari banyak sisi yang lain. Tidaklah engkau melihat seseorang memaksa keluarganya mengeluarkan uang berkali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah ia dapatkan dari usahanya yang tidak halal?"
Saudaraku...
Mari mencari dan berburu keberkahan dari Allah SWT...
0 Comments:
« back home
Post a Comment